apatis

aku hanya menunjuk dengan mata, tak tajam namun mengena
kepada barisan bagan-bagan di tengah samudera
seraya kuceritakan kepada awal senja tentang pusara
yang tak kuberi nama
hanya kutaburi bunga-bunga kota

aku terpaku....
gemuruh tak kurasa gaduh..
desir angin, debur ombak pun tak nampak

kemana indera-ku
tersesatkah kau semasa di kota
ataukah
telah mati ketika terhempas ombak
membuih dan terbawa angin laut?

aku bisu.. di antara ceracau jiwa yang memuntahkan jutaan kata pada tiap denyut nadi
aku tuli.. manakala teriakan mereka sengaja terarah ke telinga
mungkin hanya mata yang masih mampu melihat jerit mereka
....aku.. mati kata
...aku.. mati rasa

7 comments:

Anang said...

ak mati kata untuk berkomen. indah puisinya

Anonymous said...

aku mati cinta hehe

ondeh ichaaal kama se ilang diaak?
taragak uni, puisinyo tambah boneh :)
tahanyak mambaconyo

Anonymous said...

Tak perlu indera yang lain, jika mata itu masih berfungsi...

GJ said...

Apa kabar Boss???
MAsih seperti biasa, selalu membingungkan. hehehehe...
Keep Fighting till the end.

Anonymous said...

salam kenal Bos..

*piyoh siat*

Anonymous said...

I will not agree on it. I over precise post. Specially the appellation attracted me to study the intact story.

Anonymous said...

Amiable fill someone in on and this post helped me alot in my college assignement. Thank you as your information.

Lupa

Jeda yang disengaja, berpura sibuk dunia menjadi abdi pelayan tantrum bayi bayi berbulu kaki test blog lagi yang sudha lupa password.