“TANGISAN JIWA”

puisi ini adalah kiriman dari seseorang teman dengan inisial "Rs". yang katanya pernah nangis selama 3 bulan sebelum tercipatanya puisi ini (dengan sedikit canda tentunya). Tanpa perjanjian formal Rs memperbolehkan puisi-puisinya di publish di blog "serpihan kata", yang menurut saya juga bernada "pelangi hitam putih"

kenapa "Rs" ?, padahal saya lebih suka dengan nama belakangnya "latifah" yang menurut saya melayu sekali dan anggun terdengar. berikut ini sedikit kilah pernyataan dari beliau


Rs: itu signature ku
Rs: untuk sesuatu hal yang informal aku signature dengan rs
Rs: dibaca ares
Rs: rs=ares
Rs: ares = dewa perang


“TANGISAN JIWA”


Ribuan kata tak akan mampu menuturkan duka yang kualami
Jutaan rasa tak akan mampu melukiskan lara hati yang kurasa
Ratusan purnama tak akan mampu menggantikan hari-hariku yang telah lalu.
Dimana bahagia pernah menghampiriku ketika ia bersamaku….bersama menentang badai, bersama menatap matahari..bersama mengintip malam.
Luka mampu kubalut, kesedihan kujadikan rona dalam hidup, derita dan tangis kuubah menjadi irama jiwaku….saat bersamanya!!!!!


Tapi sekarang ia pergi…bersama angin mengembara…terbang jauh.
Dan aku tak pernah tahu apakah ada niatnya untuk kembali bersamaku mengarungi lautan duka dan sungai airmata.
Ia adalah matahari hidupku….hidupku gelap tanpanya
Ia adalah purnama hidupku…hidupku kelam tanpanya
Ia adalah lagu jiwaku…jiwaku hampa tanpanya


Gemericik air sudah tak mampu kudengar
Sejuknya angin sudah tak mampu kurasa
Hangatnya mentari sudah tak mampu kunikmati
Aku buta dalam penglihatanku
Aku kaku dalam duniaku
Aku mati dalam jiwaku
Ia telah pergi…mewujudkan keinginannya…mencapai impiannya..menembus malam…menantang matahari…menguji kekuatannya..meninggalkanku seorang diri…
Ia telah pergi..membawa semua cintaku…semua asaku
Tak pernah kuduga ia tega meninggalkanku dalam dunia ciptaanya
Ia ajak aku kedunia yang baru…yang membuatku bagaikan seorang dewi kebahagiaan yang dipenuhi aroma cinta.


Dewi malam pernah tertunduk malu manatap sinar wajahku
Matahari pernah takluk dikakiku manatap pesona jiwaku
Burung-burung membisu menyaksikan keceriaanku mengalahkan ribuan syair cinta yang dialunkan seoarang bidadari
Rusna latifah: Tapi itu hilang dalam semalam…ketika kurasakan ia kan meninggalkanku…tanpa kata-kata…
Dan ia benar-benar telah meninggalkankau karena cintanya…
Ia enggan membawaku..ia campakkan aku kembali keduia nyata yang dipenuhi duka..derita dan air mata.


Kebahagiaanku kurasa bagaikan sembilu
Keceriaanku bagaikan gerhana
Tak ada yang dapat kunikmati tanpanya…aku adalah orang pertama yang berenang dalam genangan airmataku..dan aku tahu ini tak ada akhir..
Bahkan aku ragu apakah Tuhanku mampu mengakhiri lukaku..deritaku…tanpa kematian jiwaku…


"Rs"

5 comments:

Anonymous said...

Aih!Kesesihann yg begitu sangat mendalam,Bang.
Bila sampai hrs menangis dalam waktu yg cukup lama.
Dan,terciptalah sebuah puisi yg menyayat-yayat Jiwa.

*Maaf,bila ada kata2ku yg salah.

RaRa Wulan said...

puisinya bagus...
jadi ikut sedih pas bacanya...
Semoga kesedihan itu segera berganti menjadi keceriaan yang tiada akhir Amien
thankyu dan sukses slalu :)

Unknown said...

Sedih..ihh..nyampe bngt rasa nya

canarerock said...

Keren nih puisi,pas baca seperti ada daya magis luar biasa sangat menyentuh...

Unknown said...

itu sangat menusuk ke jiwa.... sangat dalam.

Lupa

Jeda yang disengaja, berpura sibuk dunia menjadi abdi pelayan tantrum bayi bayi berbulu kaki test blog lagi yang sudha lupa password.