"Tak mesti apa yang kita lihat harus kita saksikan", manakala yang kita lihat ataupun yang tidak sengaja terlihat begitu terasa menyayat, bolehlah kita tinggalkan dan cukup dengarkan. Kelak kan kita jadikan ukuran untuk dipertimbangkan bagaimana meningkatkan keberanian dalam sebuah "kesaksian".
Meniti hari demi hari dengan panorama yang silih berganti dan berbeda, semoga akan semakin mengisi pundi-pundi nurani kita biar semakin peka, menuju kematangan jiwa serta menambah warna. Dan tentu jangan pula kecewa ketika kita menemui panorama yang sama seperti yang kita alami sebelumnya, karena tidak semuanya harus sesuai dengan keinginan kita, maka yakinlah dengan "Maharencana".
Pasti..! pasti kita takkan pernah bisa menunggangi kuda sembrani, yang bisa kita kehendaki, mengendalikannya pada tanah suci yang kita selalu pijaki pun dapat pula mengangkasa bersama kepakan sayapnya. Sebab kita telah sama-sama tahu, bagaimana kita menghadapi "realita" dan bagaimana pula menyikapi "fantasi".
Pasti..! kau telah dapat membaca, bahwa aku tidak piawai bercerita, dan tidak pernah membaca cerita lewat pandangan mata, ketika kita membuka wacana bagaimana hitam putih dan berwarnanya hidup di alam fana, saat bersama menyeruak "halimun di tengah kota" pada hujan ketiga.
Entah sengaja atau tidak, aku lebih banyak terdiam dengan sedikit gurauan, mengiringi ceracau-mu yang begitu lincahnya bercerita dan penuh senyum ceria walau cerita yang terlontar tentang derita, getirnya sebuah rasa yang bukan hanya di lidah saja.
berbeda,,,, ya tentu saja!.
sama bedanya ketika kau berujar bahwa "kau mencintai bulan", dan aku bilang "aku suka hujan". Tidak semuanya harus sama, yang sama adalah "kewajiban" kita dan mungkin persamaan "perjalanan dalam menyusuri waktu hingga sampai kepada sebuah tempat yang kita tuju". entah dengan berjalan langsung atau berhenti pada "persinggahan"
Meniti hari demi hari dengan panorama yang silih berganti dan berbeda, semoga akan semakin mengisi pundi-pundi nurani kita biar semakin peka, menuju kematangan jiwa serta menambah warna. Dan tentu jangan pula kecewa ketika kita menemui panorama yang sama seperti yang kita alami sebelumnya, karena tidak semuanya harus sesuai dengan keinginan kita, maka yakinlah dengan "Maharencana".
Pasti..! pasti kita takkan pernah bisa menunggangi kuda sembrani, yang bisa kita kehendaki, mengendalikannya pada tanah suci yang kita selalu pijaki pun dapat pula mengangkasa bersama kepakan sayapnya. Sebab kita telah sama-sama tahu, bagaimana kita menghadapi "realita" dan bagaimana pula menyikapi "fantasi".
Pasti..! kau telah dapat membaca, bahwa aku tidak piawai bercerita, dan tidak pernah membaca cerita lewat pandangan mata, ketika kita membuka wacana bagaimana hitam putih dan berwarnanya hidup di alam fana, saat bersama menyeruak "halimun di tengah kota" pada hujan ketiga.
Entah sengaja atau tidak, aku lebih banyak terdiam dengan sedikit gurauan, mengiringi ceracau-mu yang begitu lincahnya bercerita dan penuh senyum ceria walau cerita yang terlontar tentang derita, getirnya sebuah rasa yang bukan hanya di lidah saja.
berbeda,,,, ya tentu saja!.
sama bedanya ketika kau berujar bahwa "kau mencintai bulan", dan aku bilang "aku suka hujan". Tidak semuanya harus sama, yang sama adalah "kewajiban" kita dan mungkin persamaan "perjalanan dalam menyusuri waktu hingga sampai kepada sebuah tempat yang kita tuju". entah dengan berjalan langsung atau berhenti pada "persinggahan"
5 comments:
aku suka gemiris....
dan kaupun pandai untuk membuat rangkaian kata menjadi kalimat dengan indahnya....
aku suka hujan... berharap semua doa dikabulkan. :)
Selamat Tahun Baru 1430 H, Ichal!
Yang aku tau, sebagian dari yang kau tuliskan adalah juga apa yang aku alami. cuma bahasamu sangat indah, dan aku harus belajar tentang itu.
rasakan saja, nikmati, gitukah cal?
Chal... anakku yang umur 8 tahun kemarin2 31 desember 2008 kena dbd + typus, jadi harus dirawat di RS dan sekarang lagi masa pemulihan, do'anya ya chal diharapkan banget...
Post a Comment