- Bagaimana agar fasih menulis ?
Tulis apa yang hendak ditulis, pasti jadi tulisan.
Walapun pada kenyatannya menulis tidak semudah membaca, bagi saya apa yang ditulis dalam buku "menulis sangat mudah" memberikan ruang kebebasan yang sebesar-besarnya untuk berekspresi dalam bentuk tulisan. Pernyataan diatas saya kutip dari buku "Tips menulis" yang ditulis oleh Bapak ini .
Kenapa puisi?
Sebenarnya bukan suatu pilihan, cuma faktor kebetulan atau sudah terlanjur saja isi dari sebagian "tong sampah" (baca : blog) ini adalah puisi. Walaupun cuma puisi-puisian, PeDe aja lagi!!. Sekedar menulis apa yang ingin saya tulis. Hanya mencoba merangkai kata-kata, syukur-syukur enak dibaca dan ada yang suka.
Mungkin saja baru sebatas ini yang saya bisa dan puisi yang saya ingin. Karena mau nulis tentang Matematika sudah pasti saya tidak bisa, apalagi kimia. Lha wong otak isinya cuma pas-pasan dan lagi waktu kelas 2 SMA saya pernah di usir guru matematika dan tidak boleh ikut pelajarannya selama 2 minggu lantaran waktu pelajarannya suka suit-suitin n cuma merhatin gurunya yang cantik, hehehe.
Kadang-kadang juga saya tidak mengerti kenapa berpuisi, karena tidak ada alasan kuat yang melatar belakangi untuk menulis puisi. Latar belakang pendidikan pun bukan sastra, jadi wajar saja jika tidak ada prestasi yang perlu dibanggakan dibidang ini, kecuali Menjadi juara lomba baca puisi, itupun sewaktu kelas V SD kemudian dikirim ketingkat kecamatan dan akhirnya tidak mendapat juara apa-apa alias peserta penggembira saja, hihihi.
Kenapa Puisi ?
Ada orang bilang "puisi adalah ungkapan isi hati", saya setuju dan mengamini. Mungkin adalah salah satu alasan yang mendasari saya untuk bercerita dengan perandaian, perumpamaan kata-kata. Rasanya lebih nyaman ketimbang bercerita dengan bahasa lugas, apalagi ketika bercerita tentang luka, sakit hati atau segala cerita yang bernada sedih.
"secara gue dicipatakan dengan kelamin laki-laki plus "casing" (baca : wajah) yang sangar pula alias gak "smiling face'. Sudah tentu kalo curhat dengan nada sedih terlalu sering, orang yang langsung mendengar bukannya sayang malah mungkin gue di kemplang".
Sangat lah wajar jika saya boleh berpendapat kalau puisi itu "multitafsir", bisa saja terdapat perbedaan dalam mengartikan antara orang yang satu dengan yang lain. Atau mungkin saja artinya bisa berbeda tergantung dari suasana hati dari pembaca. Karena saya sendiri sangat banyak tidak mengerti ketika membaca syair-syair atau puisi dari penyair "beneran" atau penulis puisi kenamaan. "masih menurut saya", memang puisi tidak perlu observasi, namun tidak serta merta kita bisa merekayasa dan merangkai kata-kata jika tidak merasakan atau mengalami sebuah peristiwa, momentum atau apalah namanya.
Akhirnya dengan segala ketiadaan dan keterbatasan bahkan pengetahuan yang seadanya saya mencoba "menulis apa yang ingin saya tulis", mencoba menikmati dan berceloteh dengan puisi. Sama halnya ketika saya membaca dan menikmati tulisan pengalaman dari Harmita Desmerry ataupun kenindahan puisi dari uni Meiy.
Jadi, dengan segala kekurangan pula saya menulis apa yang ingin saya tulis, dan izinkan mendobrak pepatah lama menjadi :
"Kalaupun hidup bercermin bangkai, tak mesti berkalang tanah"
toh masih ada kriteria bangkai yang halal untuk dimakan,,,, bukankah begitu????
Kenapa puisi?
Sebenarnya bukan suatu pilihan, cuma faktor kebetulan atau sudah terlanjur saja isi dari sebagian "tong sampah" (baca : blog) ini adalah puisi. Walaupun cuma puisi-puisian, PeDe aja lagi!!. Sekedar menulis apa yang ingin saya tulis. Hanya mencoba merangkai kata-kata, syukur-syukur enak dibaca dan ada yang suka.
Mungkin saja baru sebatas ini yang saya bisa dan puisi yang saya ingin. Karena mau nulis tentang Matematika sudah pasti saya tidak bisa, apalagi kimia. Lha wong otak isinya cuma pas-pasan dan lagi waktu kelas 2 SMA saya pernah di usir guru matematika dan tidak boleh ikut pelajarannya selama 2 minggu lantaran waktu pelajarannya suka suit-suitin n cuma merhatin gurunya yang cantik, hehehe.
Kadang-kadang juga saya tidak mengerti kenapa berpuisi, karena tidak ada alasan kuat yang melatar belakangi untuk menulis puisi. Latar belakang pendidikan pun bukan sastra, jadi wajar saja jika tidak ada prestasi yang perlu dibanggakan dibidang ini, kecuali Menjadi juara lomba baca puisi, itupun sewaktu kelas V SD kemudian dikirim ketingkat kecamatan dan akhirnya tidak mendapat juara apa-apa alias peserta penggembira saja, hihihi.
Kenapa Puisi ?
Ada orang bilang "puisi adalah ungkapan isi hati", saya setuju dan mengamini. Mungkin adalah salah satu alasan yang mendasari saya untuk bercerita dengan perandaian, perumpamaan kata-kata. Rasanya lebih nyaman ketimbang bercerita dengan bahasa lugas, apalagi ketika bercerita tentang luka, sakit hati atau segala cerita yang bernada sedih.
"secara gue dicipatakan dengan kelamin laki-laki plus "casing" (baca : wajah) yang sangar pula alias gak "smiling face'. Sudah tentu kalo curhat dengan nada sedih terlalu sering, orang yang langsung mendengar bukannya sayang malah mungkin gue di kemplang".
Sangat lah wajar jika saya boleh berpendapat kalau puisi itu "multitafsir", bisa saja terdapat perbedaan dalam mengartikan antara orang yang satu dengan yang lain. Atau mungkin saja artinya bisa berbeda tergantung dari suasana hati dari pembaca. Karena saya sendiri sangat banyak tidak mengerti ketika membaca syair-syair atau puisi dari penyair "beneran" atau penulis puisi kenamaan. "masih menurut saya", memang puisi tidak perlu observasi, namun tidak serta merta kita bisa merekayasa dan merangkai kata-kata jika tidak merasakan atau mengalami sebuah peristiwa, momentum atau apalah namanya.
Akhirnya dengan segala ketiadaan dan keterbatasan bahkan pengetahuan yang seadanya saya mencoba "menulis apa yang ingin saya tulis", mencoba menikmati dan berceloteh dengan puisi. Sama halnya ketika saya membaca dan menikmati tulisan pengalaman dari Harmita Desmerry ataupun kenindahan puisi dari uni Meiy.
Jadi, dengan segala kekurangan pula saya menulis apa yang ingin saya tulis, dan izinkan mendobrak pepatah lama menjadi :
"Kalaupun hidup bercermin bangkai, tak mesti berkalang tanah"
toh masih ada kriteria bangkai yang halal untuk dimakan,,,, bukankah begitu????
10 comments:
menulis itu juga perlu belajar... sama seperti bayi yang mengalami proses berjalan dari merangkak dulu hingga bisa berlari dengan kencangnya... ah yang penting menulis.. hasrat terlampiaskan
Sudah, tulis saja apa yang ingin ditulis...
Keep Writing!!!
waaah keren nih tulisanmu diak. ada link ku lagi, macem penyair beneran aja hehehe gpp lah itung2 numpang ngetop ya cal!
Saya suka gaya tulisan Bang Ichal. kalo puisi kan dinikmati, tulisannya keren dan bikin ..... (hehe)...
sebenernya, tulisan kalau tak bisa dimengerti, tafsirkan saja sesukanya atau nikmati saja rangkaian katnya ya.......gak usah bingung2....
Wow...jadi ini ya Chal the story behind kenapa Ichal nulis puisi.
setahu saya.... dan ketika saya blog walking dan melihat bubuhan kata bang yang satu ni... sekaligus master puisi ( sangat low profile/down 2 earth..) lihat saja postingan di atas....
tetap berkarya
suarakan isi hatimu
Katakan dengan lantang
ketika tiada seorangpun yang mendengar
Katakan dengan sajakmu.....
sungguh penuh makna
SMANGAT BANG YEE
Kalo aku yg ditanya kenapa puisi? Jawabnya karena mau nulis cerpen, esai, artikel belom bisa! Hehe... ga elit amat jawabnya...
Pokoknya, keep writing poems!
I like your poems... ^_^i
Wadaw sadis meck! Blog kok landian tongsampah? Klo aa mah nyebutnya recyclebin doank kok Ichal. Pada dasarnya selama lidah masih bisa ngecap 6 rasa, siapapun penyair kok. Tulis apa aja deh, lalu simak. Pasti disana ada tersimpan satu keindahan apapun.
Hehe, atuh iya. KFC aja menyulap bangke ayam menjadi a good finger's lickin' tuh. Tul gak?
Post a Comment