suatu hari nanti
kuberanikan diri tuk tawarkan hati
..... dengan genggaman .....
bukan sepucuk puisi
yang terselip pada sayap seekor merpati
..... bukan begini
ketika layar tak terkembang
pengayuh patah
dan terombang ambing
ditengah ganasnya gelombang
..... untuk hari ini
biarkan kau menjadi sosok yang kupuja
dari balik seribu pintu
mencuri pandang dan menciumi harummu
..... atau .....
biarkan aku termangu
menatapmu terbang, melesat, melayang
bersayapkan selendang
Suatu hari nanti
tiap-tiap langkahmu kan ku-iringi dalam suka dan sepi
mengantarmu pada tepian mandi
dibening telaga yang bertahtakan pelangi
sebab langit yang semakin tinggi, dan tiada perubahan berarti disini, semuanya masih sama, tentang goresan pada hitam putihnya pelangi yang terangkai dari serpihan cerita-cerita lara dan suka tentang kita semua
celoteh puisi
"Menulis tidak perlu belajar, berguru, mengikuti kursus, orientasi, penataran atau apapun namanya. Apalagi sampai belajar kepada mereka yang secara faktual tidak pernah menulis atau produktivitasnya mandul".
- Bagaimana agar fasih menulis ?
Tulis apa yang hendak ditulis, pasti jadi tulisan.
- Bagaimana agar fasih menulis ?
Tulis apa yang hendak ditulis, pasti jadi tulisan.
Walapun pada kenyatannya menulis tidak semudah membaca, bagi saya apa yang ditulis dalam buku "menulis sangat mudah" memberikan ruang kebebasan yang sebesar-besarnya untuk berekspresi dalam bentuk tulisan. Pernyataan diatas saya kutip dari buku "Tips menulis" yang ditulis oleh Bapak ini .
Kenapa puisi?
Sebenarnya bukan suatu pilihan, cuma faktor kebetulan atau sudah terlanjur saja isi dari sebagian "tong sampah" (baca : blog) ini adalah puisi. Walaupun cuma puisi-puisian, PeDe aja lagi!!. Sekedar menulis apa yang ingin saya tulis. Hanya mencoba merangkai kata-kata, syukur-syukur enak dibaca dan ada yang suka.
Mungkin saja baru sebatas ini yang saya bisa dan puisi yang saya ingin. Karena mau nulis tentang Matematika sudah pasti saya tidak bisa, apalagi kimia. Lha wong otak isinya cuma pas-pasan dan lagi waktu kelas 2 SMA saya pernah di usir guru matematika dan tidak boleh ikut pelajarannya selama 2 minggu lantaran waktu pelajarannya suka suit-suitin n cuma merhatin gurunya yang cantik, hehehe.
Kadang-kadang juga saya tidak mengerti kenapa berpuisi, karena tidak ada alasan kuat yang melatar belakangi untuk menulis puisi. Latar belakang pendidikan pun bukan sastra, jadi wajar saja jika tidak ada prestasi yang perlu dibanggakan dibidang ini, kecuali Menjadi juara lomba baca puisi, itupun sewaktu kelas V SD kemudian dikirim ketingkat kecamatan dan akhirnya tidak mendapat juara apa-apa alias peserta penggembira saja, hihihi.
Kenapa Puisi ?
Ada orang bilang "puisi adalah ungkapan isi hati", saya setuju dan mengamini. Mungkin adalah salah satu alasan yang mendasari saya untuk bercerita dengan perandaian, perumpamaan kata-kata. Rasanya lebih nyaman ketimbang bercerita dengan bahasa lugas, apalagi ketika bercerita tentang luka, sakit hati atau segala cerita yang bernada sedih.
"secara gue dicipatakan dengan kelamin laki-laki plus "casing" (baca : wajah) yang sangar pula alias gak "smiling face'. Sudah tentu kalo curhat dengan nada sedih terlalu sering, orang yang langsung mendengar bukannya sayang malah mungkin gue di kemplang".
Sangat lah wajar jika saya boleh berpendapat kalau puisi itu "multitafsir", bisa saja terdapat perbedaan dalam mengartikan antara orang yang satu dengan yang lain. Atau mungkin saja artinya bisa berbeda tergantung dari suasana hati dari pembaca. Karena saya sendiri sangat banyak tidak mengerti ketika membaca syair-syair atau puisi dari penyair "beneran" atau penulis puisi kenamaan. "masih menurut saya", memang puisi tidak perlu observasi, namun tidak serta merta kita bisa merekayasa dan merangkai kata-kata jika tidak merasakan atau mengalami sebuah peristiwa, momentum atau apalah namanya.
Akhirnya dengan segala ketiadaan dan keterbatasan bahkan pengetahuan yang seadanya saya mencoba "menulis apa yang ingin saya tulis", mencoba menikmati dan berceloteh dengan puisi. Sama halnya ketika saya membaca dan menikmati tulisan pengalaman dari Harmita Desmerry ataupun kenindahan puisi dari uni Meiy.
Jadi, dengan segala kekurangan pula saya menulis apa yang ingin saya tulis, dan izinkan mendobrak pepatah lama menjadi :
"Kalaupun hidup bercermin bangkai, tak mesti berkalang tanah"
toh masih ada kriteria bangkai yang halal untuk dimakan,,,, bukankah begitu????
Kenapa puisi?
Sebenarnya bukan suatu pilihan, cuma faktor kebetulan atau sudah terlanjur saja isi dari sebagian "tong sampah" (baca : blog) ini adalah puisi. Walaupun cuma puisi-puisian, PeDe aja lagi!!. Sekedar menulis apa yang ingin saya tulis. Hanya mencoba merangkai kata-kata, syukur-syukur enak dibaca dan ada yang suka.
Mungkin saja baru sebatas ini yang saya bisa dan puisi yang saya ingin. Karena mau nulis tentang Matematika sudah pasti saya tidak bisa, apalagi kimia. Lha wong otak isinya cuma pas-pasan dan lagi waktu kelas 2 SMA saya pernah di usir guru matematika dan tidak boleh ikut pelajarannya selama 2 minggu lantaran waktu pelajarannya suka suit-suitin n cuma merhatin gurunya yang cantik, hehehe.
Kadang-kadang juga saya tidak mengerti kenapa berpuisi, karena tidak ada alasan kuat yang melatar belakangi untuk menulis puisi. Latar belakang pendidikan pun bukan sastra, jadi wajar saja jika tidak ada prestasi yang perlu dibanggakan dibidang ini, kecuali Menjadi juara lomba baca puisi, itupun sewaktu kelas V SD kemudian dikirim ketingkat kecamatan dan akhirnya tidak mendapat juara apa-apa alias peserta penggembira saja, hihihi.
Kenapa Puisi ?
Ada orang bilang "puisi adalah ungkapan isi hati", saya setuju dan mengamini. Mungkin adalah salah satu alasan yang mendasari saya untuk bercerita dengan perandaian, perumpamaan kata-kata. Rasanya lebih nyaman ketimbang bercerita dengan bahasa lugas, apalagi ketika bercerita tentang luka, sakit hati atau segala cerita yang bernada sedih.
"secara gue dicipatakan dengan kelamin laki-laki plus "casing" (baca : wajah) yang sangar pula alias gak "smiling face'. Sudah tentu kalo curhat dengan nada sedih terlalu sering, orang yang langsung mendengar bukannya sayang malah mungkin gue di kemplang".
Sangat lah wajar jika saya boleh berpendapat kalau puisi itu "multitafsir", bisa saja terdapat perbedaan dalam mengartikan antara orang yang satu dengan yang lain. Atau mungkin saja artinya bisa berbeda tergantung dari suasana hati dari pembaca. Karena saya sendiri sangat banyak tidak mengerti ketika membaca syair-syair atau puisi dari penyair "beneran" atau penulis puisi kenamaan. "masih menurut saya", memang puisi tidak perlu observasi, namun tidak serta merta kita bisa merekayasa dan merangkai kata-kata jika tidak merasakan atau mengalami sebuah peristiwa, momentum atau apalah namanya.
Akhirnya dengan segala ketiadaan dan keterbatasan bahkan pengetahuan yang seadanya saya mencoba "menulis apa yang ingin saya tulis", mencoba menikmati dan berceloteh dengan puisi. Sama halnya ketika saya membaca dan menikmati tulisan pengalaman dari Harmita Desmerry ataupun kenindahan puisi dari uni Meiy.
Jadi, dengan segala kekurangan pula saya menulis apa yang ingin saya tulis, dan izinkan mendobrak pepatah lama menjadi :
"Kalaupun hidup bercermin bangkai, tak mesti berkalang tanah"
toh masih ada kriteria bangkai yang halal untuk dimakan,,,, bukankah begitu????
untuk matahari
kutinggalkan jejak di siang ini
dari tapak-tapak kaki yang lusuh
raut wajah yang bersimbah peluh
untuk saksi sang matahari
mungkin hanya siang ini,,,
entah esok atau kapan hari
bisa kunikmati lagi sesaat bersama matahari
karena embun-embun dipucuk daun//nan riang menari-nari
telah kulewatkan bersama cerita pagi
andai siang bisa kuperpanjang//kembali waktu kurentang
kan kulampiaskan rindu dendam meradang
merengkuhmu, membenamkan dalam pelukan
hangatkan dada yang terbuka, agar bisa kaubaca
makna terjemahan dari setiap detakan
sempurnakan dalam dekapan
untuk Matahari ... sejatinya sebuah janji
biarkan langit tetap putih menyala
luluhkan dinginnya raga yang mengentalkan luka-luka
hancurkan arak-arakan awan hitam
pembawa pesan penguasa malam
untuk Matahari...............
jadilah saksi jerit-jerit perih seuntai puisi
hangatkan kembali harumnya secangkir kopi
dari tapak-tapak kaki yang lusuh
raut wajah yang bersimbah peluh
untuk saksi sang matahari
mungkin hanya siang ini,,,
entah esok atau kapan hari
bisa kunikmati lagi sesaat bersama matahari
karena embun-embun dipucuk daun//nan riang menari-nari
telah kulewatkan bersama cerita pagi
andai siang bisa kuperpanjang//kembali waktu kurentang
kan kulampiaskan rindu dendam meradang
merengkuhmu, membenamkan dalam pelukan
hangatkan dada yang terbuka, agar bisa kaubaca
makna terjemahan dari setiap detakan
sempurnakan dalam dekapan
untuk Matahari ... sejatinya sebuah janji
biarkan langit tetap putih menyala
luluhkan dinginnya raga yang mengentalkan luka-luka
hancurkan arak-arakan awan hitam
pembawa pesan penguasa malam
untuk Matahari...............
jadilah saksi jerit-jerit perih seuntai puisi
hangatkan kembali harumnya secangkir kopi
perjalanan
seberangi titian waktu menorehkan sajak pada sebongkah batu tentang episode sebuah perjalanan yang belum tertuntaskan terukir kata-kata luka tergores dengan darah yang menetes di sela-sela kuku dari ujung jemariku ....bukan ku lupa menuliskan kisah indahnya cinta ...hanya enggan bercerita tentang mimpi dan angan-angan menyadari... telapak kaki yang terkelupas karena tak beralas pertanda sejenak perjalanan harus di hentikan namun... tak kunjung menemukan tempat persinggahan ...Ironi... ketika aku terus mencari // sebuah negeri yang di aliri sungai madu // tuk membasuh lukaku dendam tak sudah jikapun harus merendam pada limbah-limbah kubangan penuh pituah akankah sang kala merubah.. takdir seorang pejalan yang membeli mimpi.. meninggalkan batu yang tertoreh sajak menjadikan puisi bagai prasasti atau tetap berteriak "separuh hidupnya adalah luka dan separuh lagi tirani"??? |
Sekapur Sirih
Menyusun sepuluh jari, meletakkannya di bawah dagu diatas dada seraya menundukkan kepala, sebagai pertanda permohonan maaf kepada sanak saudara dan teman-teman semua. Hanya itu yang saya mampu lakukan pada awal tahun ini.
Rasanya bukan saya!, jika menganggap pergantian tahun adalah sesuatu yang istimewa. Yang biasa saya lakukan pada momentum tersebut sangatlah biasa dan (mungkin) bagi beberapa orang terdengar norak dan murahan kalau saya hanya punya kenangan mengisi tahun baru dengan membakar ban di tepi jalan, membakar ikan atau dari tenda sebuah perkemahan bersama sedikit teman.
Rasanya bukan saya pula, jika saya mampu mempengaruhi beberapa "orang diatas sana" untuk menyisihkan sedikit dana tahun barunya dan memberikan kepada saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah dan bencana yang sedang melanda nengeri kita.
Aaahh .... sudah berlalu!! tahun pun telah memasuki angka yang baru.
Dan sebagian Uang itupun sudah terbakar menjadi kilatan cahaya di angkasa bersama benda yang di sebut "kembang api", dengan alasan "hiburan" belaka.
saya akui dan tentunya sangat manusiawi jika "manusia membutuhkan hiburan". Tapi rasanya bisa kira kesampingkan sejenak demi saudara kita yang tertimpa bencana dan berjuang untuk sebuah "penghidupan".
Rasanya bukan saya!, jika menganggap pergantian tahun adalah sesuatu yang istimewa. Yang biasa saya lakukan pada momentum tersebut sangatlah biasa dan (mungkin) bagi beberapa orang terdengar norak dan murahan kalau saya hanya punya kenangan mengisi tahun baru dengan membakar ban di tepi jalan, membakar ikan atau dari tenda sebuah perkemahan bersama sedikit teman.
Rasanya bukan saya pula, jika saya mampu mempengaruhi beberapa "orang diatas sana" untuk menyisihkan sedikit dana tahun barunya dan memberikan kepada saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah dan bencana yang sedang melanda nengeri kita.
Aaahh .... sudah berlalu!! tahun pun telah memasuki angka yang baru.
Dan sebagian Uang itupun sudah terbakar menjadi kilatan cahaya di angkasa bersama benda yang di sebut "kembang api", dengan alasan "hiburan" belaka.
saya akui dan tentunya sangat manusiawi jika "manusia membutuhkan hiburan". Tapi rasanya bisa kira kesampingkan sejenak demi saudara kita yang tertimpa bencana dan berjuang untuk sebuah "penghidupan".
"apakah sebanding arti sebuah "hiburan" dengan "kehidupan"????
Sangat biasa dan tidak ada yang istimewa jika saya tidak menyertakan data dan angka-angka, karena memang saya hanya mampu menyusun aksara dan merangkai kata-kata yang terkadang tidak bermakna.
Bagi saya! yang istimewa adalah ketika malam pergantian tahun mendapatkan kiriman suara dari seorang mahkluk manis dari tepi jalan raya, "Selamat Tahun Baru Bang!" (tumben,,, suara cemprengnya terdengar merdu pada malam itu, hehehehehe)
ahhh, biarkan saja saya yakin waktu yang akan membangkitkan dan menggerakkan nurani mereka
Sangat biasa dan tidak ada yang istimewa jika saya tidak menyertakan data dan angka-angka, karena memang saya hanya mampu menyusun aksara dan merangkai kata-kata yang terkadang tidak bermakna.
Bagi saya! yang istimewa adalah ketika malam pergantian tahun mendapatkan kiriman suara dari seorang mahkluk manis dari tepi jalan raya, "Selamat Tahun Baru Bang!" (tumben,,, suara cemprengnya terdengar merdu pada malam itu, hehehehehe)
Masih dengan sepuluh jari, Maafkan jika saya tidak mampu menjadi tuan rumah yang baik pada saat menyambut kedatangan seorang rekan yang di temani "Guardian Angel-nya" pada tanggal 1 januari 2008. Hanya jabat tangan, ketulusan hati yang dan sedikit obrolan yang mampu saya hidangkan (sori gak di link dengan alasan privacy dan nikmatnya sebuat mistery).
********
Mari songsong Matahari dengan semangat pagi dan indahnya rembulan di malam hari, Selamat Menikmati Awal Tahun 2008, dan jadikan segalanya lebih baik dari hari kemarin.
********
Mari songsong Matahari dengan semangat pagi dan indahnya rembulan di malam hari, Selamat Menikmati Awal Tahun 2008, dan jadikan segalanya lebih baik dari hari kemarin.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Lupa
Jeda yang disengaja, berpura sibuk dunia menjadi abdi pelayan tantrum bayi bayi berbulu kaki test blog lagi yang sudha lupa password.
-
terperangkap aku disini dibatas dua cahaya sebelum senja memerah dan rinai yang mengiring langkah// di kala angin tak mampu menghantar bisik...
-
silamku pada dekade dekadensi moral yang kita ciptakan saat kita tak pernah tahu, atau kah tidak mau tahu apakah matahari ataukah bulan sila...
-
Malam ini,,, dia kembali dibawa rindu semilir sang bayu menyelusup kedalam kisi-kisi hati bersama keharuman berjuta melati Malam ini,,,.... ...